Jadi begini, sudah beberapa minggu belakangan ini saya sering masuk kelas terlambat, jadi suka rada eror menyimak penjelasan dosen, karena pokok acuan materi sudah disampaikan diawal materi, jadilah saya yang suka telat ini masuk pas penjelasan udah gas pol, sementara saya sendiri belum pemanasan, nah lho, kan rada eror ngikutin jalan pikiran dosennya, dosennya dah di kilometer 20, saya masih ngisi bensin di kilometer 7, kan 10 x 10 tuh ngejarnya *cepek dehh...maksudnya*, kecuali motor dosen mogok atau pecah ban *ah... ngawur*.
Dan ketinggalan info berharga dari dosen benar-benar rugi,
contoh:
Ini statement lengkap dosen:
"sodara-sodara inflasi sudah mulai naik, ini ditandai dengan dinaikkannya tingkat suku bunga tabungan untuk mengatasi jumlah uang beredar" dan ada mahasiswa yang baru balik dari ijin, dosen nanya "dari mana kamu", dijawab "dari belakang".
Dan ini yang kedengaran dari luar kelas:
"sodara-sodara sudah mulai naik, bunga, dengan sejumlah uang, dari belakang" nah lho, apa coba maksudnya tuh, pasti ga nyambung.
Kenapa telat? bukannya saya doyan, tapi entah kenapa bumi ini bulat *lho...* ehm maksud saya, entah kenapa masuk kelas telat melulu, kalau boleh pake alasan, saya punya banyak, binggung milih yang mana, tapi yang namanya udah besar masa' iya masih nyalahin orang lain dan lingkungan sekitar tanpa terlebih dulu introspeksi diri.
Kalau boleh, ini daftar alasan yang bisa di-kambing-hitam-kan, ini kalau boleh lho:
1. Tidur kemaleman.
2. Suka liat pemandangan kalo lagi naik motor, makanya jalannya pelan, terus telat dah.
3. Jalanan macet.
4. Dosennya kecepetan masuk.
5. Suka mengasumsikan "ah-paling-juga-dosen-ga-masuk-hari-ini".
Jujur, yang paling berasa itu yang nomer 3 sama nomer 5.
Jalanan macet kalau boleh di-kambing-hitam-kan adalah penyakit kota yang baru aja menjangkiti kota Samarinda, entah cuma saya atau orang lain juga, saya rasa jalanan sudah penuh sesak kendaraan bermotor, terlebih roda dua, 3 tahun yang lalu saya waktu naik motor jarang lho terjebak macet, dilampu merah juga ga terlalu numpuk, nah sekarang, lampu merah udah kayak antrian sembako murah, belum lagi kalau udah lampu ijo nyala, mirip motogp aja startnya, pada gas pol, emang mau balapan. Titik rawan macet menurut saya ada disekitaran lampu merah, kendaraaan meluber ampe trotoar, kasihan, jalanannya kecil kendaraannya banyak.
Nah penyakit kronis yang baru saya derita beberapa bulan belakangan ini adalah penyakit suka berasumsi "ah-paling-juga-dosen-ga-masuk-hari-ini", dan penyakit "ah-paling-juga-dosen-ga-masuk-hari-ini" telah menggerogoti akal sehat saya, masa' iya dosen ga masuk tiap hari. Hal seperti ini yang berasal dari sikap menggampangkan keadaan, sepertinya saya harus introspeksi dulu.
Seperti yang sudah saya bilang diatas, kalo cari alasan memang paling mudah, terlebih lagi untuk menyalahkan orang lain atau lingkungan sekitar, itu lebih mudah lagi, tetapi mencari solusi, itu yang ga mudah.
Contoh kasus: kita lagi masak, pas udah mateng, masakanya ga enak, kita bisa dengan mudah menyalahkan buku resep, nyalahin tukang sayur, nyalahin yang jual elpiji, atau chef di tipi, bahkan perusahaan kecap, atau lebih parah nyalahin tukang las *lho...* nah intinya kita bisa dengan mudahnya nyalahin orang lain untuk sesuatu yang belum tentu ia perbuat, tanpa terlebih dahulu melihat kedalam diri kita.
Untuk temen-temen yang juga ngalamin problem yang sama, kamu tidak sendirian kawan, penyakit ini bisa kita lawan, kita harus kuat, *sepertinya berlebihan... maaf...* nah untuk memulai penyembuhan, saya akan berusaha memperbaiki pola waktu saya, harus segera memperbaiki manajemen waktu dan disiplin lagi.
Udah ah, saya malu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar